21.4.11

Bagian 1 : H-1


28 Maret 2011
Yup, sekarang jam 12:10 kami sedang bearada stasiun Senen, Jakarta menunggu kereta yang katanya akan datang beberapa saat lagi ( kalau on time ).  Penungguan yang berlangsung dari jam 10.00 yang hampir membuat kami menjadi anak gaul stasiun ini adalah akibat kesalahan bung Dipa. Dipa mengira kereta Senen, Jakarta – Gubeng,  Surabaya akan berangkat pada sore hari, sehingga kemaren H-1 27 Maret 2011 kami gak jadi berangkat dikarenakan kami baru hadir di stasiun jam 11 siang padahal kereta yang sudah penuh melebihi kapasitas tersebut berangkat jam 12. Kelebihan kapasitas tersebut terang-terangan diumumkan di jendela loket kereta tetapi ada yang aneh tapi nyata di sini. Diumumkan : “kapasitas kereta sudah mencapai 150%” 150%!! 150%!!! Berarti kapasitasnya udah lebih 50% dari yang seharusnya.Kata Dipa 50% itu adalah toleransi, e buset, toleransi 50%...emang penduduk Indonesia ini katanya ramah-ramah ampe-ampe orang Belanda betah tinggal di sini, tapi bukan berarti pengelola kereta api bisa ngebiarin kereta penuh ampe lebih 50% kapasitasnya, kalo kecelakaan kan bayar ganti ruginya jadi lebih banyak. Bayangin kalo toleransi ini diterapkan di Halilintar di Dufan…..
udah dibayangin? Bagus.
Tapi ya udalah ya,,mau misuh-misuh kayak apa juga kalo lu gak jadi bos di pengelola kereta api trus melakukan revolusi ya gak akan berubah juga peraturannya.
Keteledoran Dipa yang baru saja dimulai tersebut ternyata ada berkahnya,jarang-jarang keteledoran Dipa ada berkahnya, bahkan jarang-jarang keteledoran siapapun ada berkahnya. Berkahnya adalah saya yang akhirnya nginep di rumah Dipa biar besoknya langsung berangkat bareng, mau gak mau menghadiri syukuran bertambahnya angka usia saudaranya Dipa ( yang kebetulan teman saya juga dari SMA ) di Hanamasa. Untuk menjaga nama baik keluarga dan martabat serta harga diri saya terpaksa menjalani traktiran tersebut dengan ringan tangan dan diakhiri dengan berat perut.
Tentang kelalaian Dipa yang disebut di atas ternyata ada cerita yang belom terceritakan oleh pencerita, jadi H-2 saya dan Dipa janjian untuk ketemu di stasiun jam 14.00 dengan asumsi kereta berangkat sore-sore. Dengan alasan supaya batere henpon gak abis, maka malam2 setelah full charge, saya matiin henpon saya. Ternyata Dipa menghubungi saya pada dini hari untuk ngasih kabar terkini bahwa ternyata kereta Gaya Baru Malang  yang akan kami akan  berangkat jam 12.00.
Saya baru tau jam 09.00 besoknya setelah Dipa menghubungi teman saya untuk nanya nomor saya dan gak dapet akhirnya dia nanya mantannya trus dapet nomer adik saya trus adik saya ngasih nomer bapak saya trus bapak saya ditelpon Dipa trus henpon bapak saya dioper ke saya trus Dipa ngomong ama saya yang baru bangun tidur dalam keadaan setengah sadar dan ngasih kabar yang mengezutkan terzebut. Tadinya saya sempet berpikir kalo si Dipa sengaja salah-salahin jam biar gak melewatkan traktiran tetapi ternyata kalo dipikir-pikir salah saya juga matiin hape,,tapi kan saya gak punya mp3,mp3 saya ya hp itu, trus nanti kalo di kreta batre henpon cepet abis pas di kreta pegimana, trus gak bisa denger musik, trus bosen, trus gini trus gitu trus trus  trus trus ……(cewek ABG labil mode : ON ).
Setelah traktiran yang melelahkan  ( terutama buat usus-usus saya yang masih akan terus bekerja ) maka pulanglah kami semua ( jadi ditraktiran itu ada keluarga Dipa dan keluarga sepupunya Dipa cuma saya doank yang bukan keluarga, tapi kalo ditarik garis silsilah sampe jaman Adam kita masih sodara kok ). Setelah sore dihabiskan dengan bermalas-malasin, pada malam hari kami merekan lagu soundtrack khusus buat perjalan ini sekaligus buat filmnya Dipa, judul lagunya Dog`s Day made by saya. Kalo banyak yang request nanti saya aplot lagunya somewhere.
Ya sudah jam sudah menunjukkan pukul 12.40. Kereta belom dateng-dateng, mungkin macet kali rebutan jalur ama busway. Kami harap perjalanan akan sangat menyenangkan seperti biasanya. Oiya btw tiket kereta Jakarta-Surabaya yang akan kami naikin cuma seharga 33.500 IDR lebih murah dari travel termurah Bandung-Jakarta. Perjalanan akan berlangsung kurang lebih  16 jam dan diwarnai oleh cerita-cerita yahut yang oke punya.






Pendahuluan


Pendahuluan
Perjalanan ini terasa sangat menyenangkan, sayang engkau tak duduk di samping ku kawan. Banyak cerita yang yang tak kau saksikan, untuk lebih jelasnya coba tanya sama rumput yang bergoyang. Dengan penundaan yang banyak alasan seperti masalah keuangan dan kerjaan. Akhirnya kami berhasil mengadakan perjalanan liburan yang sangat menarik ( setidaknya buat kami ) penuh pembelajaran ( seperti jangan hedon kalo cuma bawa duit pas2an ) dan menghasilkan ( seperti menghasilkan cucian kotor buat yang nyuci di rumah ). Kalo saya bilang liburan tadi, liburan ini bukan sembarang liburan, ini adalah liburan yang disangkut pautkan dengan panggilan jiwa Dipa. Pada perjalanan kali ini Dipa membuat film dokumenter tentang anjing KIntamani, anjing asli pulau Bali yang senyumnya manis sekali kata Shaggy Dog. Anjing Kintamani adalah jenis anjing yang dipelihara Dipa, rupanya mirip serigala, dan berkaki 4. Anjing Kintamani Dipa yang bernama Garu inilah yang membuat hati Dipa tergerak untuk membuat film dokumenter tentang Kintamani. Kintamani anjing asli Indonesia yang sedang diperjuangkan ( oleh orang-orang yang peduli, cinta tanpa pamrih dan gokil abis ) untuk mendapat pengakuan dari asosiasi anjing dunia (duh namanya apa ya lupa,,) akan menjadi bintang utama dalam filmnya Dipa yang berjudul “Pejuang Kintamani”, sebuah film dokumenter berbudget 200milyar dollar zimbabwe dibintangi oleh aktor dan artis ternama di kalangan keluarga dan kerabatnya, dengan animasi sekelas Pixar kw 10, dan soundtrack yang keren abis buatan Winsoy ( ehem ehem ).
Sebenernya agak aneh gak sih kalo denger sebenernya Dipa itu gak punya bekgron bikin film, wong dia anak desain produk,ilmu tentang filmnya didapat dari SFI ( Sekolah Film Indonesia) versi otodidak home schooling. Tapi film ini gak bisa diremehkan coy, cuma roti dan sejenisnya yang bisa dibikin remehan. Hanya dengan modal ( buat bikin filmnya ) sebuah hendikem biru keungu-unguan dan tripot paling abal maka dimulailah cerita Dipa sang sutradara,produser,kameramen,penulis skenario,editor dan temannya Windy ke pulau Bali meliput anjing Kintamani. Enjoy!